AMBON,MALUKU – Jelang akhir tahun, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Maluku, <span;>menginisiasi Bastori Damai yang terselenggara di Tribun Lapangan Merdeka, Kota Ambon, Kamis (29/12/2022).
Cipayung yang terdiri dari GMKI, GMNI, PMKRI dan KAMMI tersebut, turut mengundang tokoh lintas agama, Ustadz, Pastor dan Pendeta pada kesempatan dimaksud.
Josias Tiven, Ketua GMKI Cabang Ambon, kepada INTIM NEWS mengatakan, refleksi akhir tahun ini bertolak dari keprihatinan kami melihat Maluku dalam kurun waktu beberapa tahun ini, tidak baik-baik saja.
” Contohnya saja, konflik terjadi di beberapa daerah yang berakar dari permasalahan batas tanah antara Pelau, Ori dan Kariuw Kabupaten Malteng, juga konflik yang belakangan mencuat di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, yang dipicu masalah sepele, merembet hingga memakan korban jiwa,” rincinya.
Juga masalah sosial, seperti kebakaran lorong tahu pasar Mardika, kebakaran pasar di Saumlaki, dalam kurun waktu yang sangat dekat serta masalah di Buru teristimewa di Gunung Botak.
“Untuk itu, kami mengakumulasi semua kejadian tersebut dan menarik sebuah kesimpulan, sebenarnya Maluku ini merupakan laboratorium keberagaman. Kenapa sampai rentetan kejadian tersebut masif terjadi belakangan ini, maka perlu diadakan refleksi akhir tahun,” jelasnya.
Menurutnya, kami melihat pemprov Maluku belum bisa mencari solusi terbaik penyelesaian berbagai konflik yang terjadi.
Gubernur saja, dirinya menilai, hingga hari ini tidak pernah turun ke lapangan untuk sekedar meninjau, padahal ini konflik sosial yang dampaknya bisa besar atau menimbulkan efek lain.
Dirinya menambahkan, Maluku ini butuh figur bapak yang turun langsung menyambangi masyarakat, agar bisa melihat ada sosok panutan yang dapat turun mendamaikan semua masalah yang ada.
” Peran Gubernur sangat penting menjadi seorang solusioner. Kami ingin bersuara mengetuk pintu hati beliau dan bersepakat ingin mengembalikan Maluku sebagai laboratorium keberagaman,” pintanya. (Vera)
