MALRA,MALUKU – Bupati Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), M. Thaher Hanubun sosok lelaki berusia lebih dari setengah abad ini, memang tidak pernah mengenal lelah, niat mengabdi untuk daerah serta janji politik saat pilkada 2018 lalu, membuat dirinya selalu terjun menjangkau setiap Ohoi guna memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, terutama di wilayah pulau Kei Besar.
” Saya dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, akan berusaha untuk selalu hadir di tengah-tengah masyarakat untuk melihat dan bertindak, dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat,” ujar Bupati, saat meresmikan air bersih hasil desalinasi penyulingan air laut jadi air tawar layak konsumsi, di Ohoi Rahangiar, kecamatan Kecamatan Kei Besar Selatan Barat, Sabtu (04/09/2021).
Hadir pada peresmian tersebut, Forkopimda, pimpinan OPD lingkup Pemda Malra, Wakil Ketua DPRD, Ketua FKUB, Camat, Kepala Ohoi serta perangkat Ohoi setempat.
Bupati dalam arahannya mengatakan, manusia diberi akal dan pikiran namun itu saja belum cukup, harus ada kepedulian kasih dan cinta untuk bagaimana mencari jalan keluar dari masalah, maka salah satu upaya yang dilakukan Pemkab Malra adalah dengan memanfaatkan air laut untuk diolah jadi air tawar yang layak dikonsumsi.
” Tuhan telah menyediakan laut dan darat untuk manusia dan Tuhan telah menciptakan akal pikiran untuk mengolah alam dan isinya. Karena Tuhan tidak akan pernah merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu yang berusaha untuk merubah nasibnya sendiri. Sehingga, saya akan terus berjuang dengan Fangnanan. Saya mohon doa dan dukungan masyarakat, sehingga apa yang kita kerjakan berjalan lancar dan bernilai ibadah,” ungkap Bupati.
Dihadapan Forkopimda, Bupati menjelaskan, kebijakan ini diambil untuk menjawab krisis air bersih untuk warga 13 Ohoi di Kecamatan Kei Besar Selatan Barat yang sejak sebelum Kemerdekaan hingga usia ke-76 NKRI, warga hanya mengandalkan air hujan terutama di Ohoi Rahangiar, Uwat, Ngan, Watkidat, Ohoilean dan Ohoi Weduar Fer.
” Ini hanya sebuah kebijakan kecil dari pemerintah, namun berdampak besar bagi kelangsungan hidup masyarakat. Dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) kurang lebih Rp 1,8 miliar melalui proses kontrak dan telah dikerjakan hampir mencapai 90 persen, sisa sambungan pipa untuk masuk ke rumah-rumah warga. Pastinya, ini juga akan segera di audit oleh BPK,” jelasnya.
Menurut Bupati, jika masyarakat harus menunggu pembangunan sumber air dari Desa Tamangil Nuhuten di Kecamatan Kei Besar Selatan pada tahun 2022-2023, maka otomatis warga di Kecamatan Selatan Barat masih terus mengonsumsi air hujan, sehingga kebijakan yang diambil adalah dengan teknologi penyulingan air laut menjadi air tawar yang layak dikonsumsi.
” Jika sumber air dari Tamangil di Kei Besar Selatan sudah bisa tersambung dan menjangkau sampai ke selatan barat, maka nantinya alat penyulingannya ini bisa kita pindahkan ke pulau atau ohoi yang masih kesulitan air untuk dimanfaatkan. Satu pesan saya untuk masyarakat Ohoi, jika instalasi pipa yang ada saat ini mohon dijaga. Jangan lagi ada yang pakai paku/besi kasih bocor. Pengalaman seperti yang pernah terjadi di Ohoi Kilfat. Saya bukan Bupati yang duduk di belakang meja dan menunggu laporan. Tapi saya yang turun dan periksa sendiri. Jika hal seperti ini terjadi maka saya akan beri sanksi kepada Camat dan Kepala Ohoi,” tegas Bupati. (Suat)
