AMBON,MALUKU – Anggota DPRD Provinsi Maluku, Alimudin Kolatlena, menemui sejumlah masalah krusial di tengah-tengah masyarakat, ketika melakukan reses, guna menjaring aspirasi dan keluhan masyarakat, di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).
Alimudin, Anggota DPRD Maluku dapil SBT ini kepada awak media, Senin (24/05/2021) menyatakan, di SBT, Saya reses pada 2 Kecamatan, yakni, di Kecamatan Werinama dan Siwalalat. Banyak persoalan yang dikeluhkan dan mengemuka di sana, namun ada 3 hal yang menjadi prioritas.
Dijelaskan, pertama itu soal akses layanan internet yang belum ada dan blank spot di 2 kecamatan tersebut, blank spot itu terjadi di Kecamatan Siwalalat meliputi desa Liliama, Tunsai, Polli, Abuleta, juga ada lebih 7 desa lagi yang belum ada jaringan internet sama sekali.
Kemudian di Kecamatan Werinama, wilayah Utian Lima (wilayah yang paling terisolir), Tum, Nusalaut, Otong dan Tobo.
Persoalan kedua, lanjut Kolatlena, yakni, curah hujan dan gelombang yang tinggi, dimana keduanya menyebabkan erosi dan abrasi sehingga, mengancam pemukiman warga.
” Di Werinama terjadi pengikisan tanah, hingga pada tempat pemakaman umum, ada beberapa kuburan yang sudah jatuh, kemudian di Abuleta, itu juga terjadi abrasi sehingga mengancam pemukiman warga, serta pemakaman umum,” ujar Kolatlena.
” Untuk 2 persoalan ini, terkait layanan internet, kemarin ketika komisi sempat ke Jakarta, ada program bakti di Kominfo bagi Maluku dan di SBT ada 121 titik. Sesuai rencana, dibangun di tahun 2021 sampai 2022, maka Pemda SBT diharapkan memprioritaskan wilayah-wilayah blank spot dan tidak ada internet sama sekali sementara untuk curah hujan dan ombak yang tinggi, Pemda diminta untuk bisa mengantisipasinya dengan membangun tanggul penahan ombak dan juga tanggul penahan air sungai,” terang Kolatlena.
Sementara itu, ungkap Kolatlena, untuk persoalan ketiga yang paling krusial yakni, akses penghubung jembatan baik di Werinama dan Siwalalat dimana ada tiga sungai besar yang harus di lalui warga.
Sebutnya, jembatan pertama itu Bobot Masiwang yang kerjaannya itu multi years, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kemajuan, lalu 2 jembatan lainnya yakni Wae Pulu dan Wae Tunsa yang belum kembali dikerjakan saat ini.
” Kita minta supaya pihak Balai harus konsisten, karena ini sudah menjadi kebutuhan mendesak masyarakat disana, kita berharap bisa segera dilakukan, supaya masyarakat bisa terbantu. Dengan kondisi cuaca hari ini sangat meresahkan, masyarakat mau tidak mau harus memaksakan diri untuk menyeberangi sungai, sekalipun nyawa bisa jadi taruhan,” pungkas Kolatlena. (Vera)
