MALRA,MALUKU – Pandemi Covid-19 hingga kini masih terus mewabah dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Disisi lain, penambahan jumlah pasien penderita Covid-19 terus bertambah. Hal ini tentu menimbulkan berbagai persoalan dan resiko, salah satunya adalah krisis pangan.
Menyikapinya, pemerintah daerah Maluku Tenggara (Malra), melakukan langkah mitigasi krisis pangan dengan pencanangan kebun perbekalan yang dalam bahasa lokal Kei dikenal dengan “Ve’e Kes Yang” (kebun perbekalan-red).
“Gerakan ‘Ve’e Kes Yang’ oleh Pemda Maluku Tenggara di tengah pandemi Covid-19 adalah embrio menuju gerakan kemandirian pangan di Malra. Kami apresiasi gerakan menanam yang di” ujar Mudafarsyah Leisubun, Direktur SNEI (Sahabat Nuhu Evav Institute), dalam releasenya yang diterima INTIM NEWS di Langgur, Sabtu (18/07/2020).
Leisubun menilai, Ve’e Kes Yang, kebijakan berupa program yang diprakarsai oleh Bupati M. Thaher Hanubun beserta TNI-Polri, perangkat daerah dan keterlibatan sebagian masyarakat, merupakan langkah yang tepat dan perlu didukung seluruh stakeholder. Di tengah wabah pandemi Covid-19 ini, pemda telah memitigasi lebih awal dengan mempersiapkan kebun stok pangan lokal, sebagai alternatif defisit pangan import.
Menurut Leisubun selaku Direktur SNEI yang bergerak di bidang riset, literasi dan sosial kebangsaan ini, untuk menjaga dan menjamin ketahanan pangan, Pemda Malra telah membuat kebun yang pengelolaannya mencapai 28 hektar dan tersebar di Ohoi Danar, Elaar Let, Ohoi Semawi, lokasi Polres Malra dan lahan kosong di depan kantor Bupati Malra. Hal tersebut, guna mengantisipasi ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah yang masih sangat tinggi.
” Saya pikir ini langkah yang tepat. Justru sangat beresiko ketika pemda tidak mengambil langkah penyediaan stok pangan lokal di tengah situasi ekonomi yang tidak stabil, akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang kita sendiri tidak tahu, kapan akan berakhir,” tandasnya.
Diakuinya, kegiatan menanam di kebun Ve’e Kes Yang, juga sebagai upaya Pemda dalam rangka menghidupkan kembali nilai-nilai budaya Suku Kei seperti tradisi Maren, bercocok tanam sebagai modal dalam mengantisipasi krisis pangan, di tengah pandemi Covid-19 di Malra.
Leisubun juga mengusulkan kepada Pemda Malra, agar Ve’e Kes Yang’ yang dilakukan pada tanggal 11 Juli itu, dijadikan Hari Peringatan Pangan Lokal, sebagai momentum gerakan kamandirian pangan di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.
” Saya mengajak para aktifis, pemuda dan pemerhati isu kemandirian pangan, agar sama-sama kita menjadi jembatan antara petani dan stakeholder, turut serta mengadvokasi kemandirian pangan di Malra. Saya pikir inilah mometum tepat untuk kita konsolidasi kemandirian pangan di daerah ini,”ajaknya.
Selain itu, Leisubun juga menyampaikan apresiasi dan penghargaan, atas langkah inovatif Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Malra, dalam penerapan Smart Irrigation yang diklaim pertama kali dilakukan di Indonesia timur.
Pencanangan smart farming katanya, merupakan momentum penting serta awal yang baik bagi berkembangnya pertanian berbasis teknologi di Malra.
” Saya juga mengapresiasi langkah inovatif Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Maluku Tenggara, dalam penerapan Smart Irrigation yang diklaim pertama kali, dilakukan di Indonesia timur. Dengan smart irigation yakni, sistem irigasi yang dikembangkan dengan memanfaatkan smartphone, bertujuan untuk efektifitas dan efisiensi petani dalam pengelolaan usaha tani, layak diberikan penghargaan dan apresiasi,” pungkasnya. (IN09)
