AMBON,MALUKU – Bawaan sejak dari Kota Sorong hingga ke tenda pengungsian di kawasan Suli Banda, Negeri Suli, Kabupaten Maluku Tengah, Erik Patty yang baru berusia 4 bulan, alami gatal-gatal akut karena biang keringat.

Erik Patty – Bayi Berusia 4 Bulan, Penderita Gatal-Gatal
Erik dibawa ke dokter praktek, dokter Emanuella Yefta, spesialis anak di kawasan Karang Panjang, kecamatan Sirimau, Kota Ambon, guna diambil tindakan pengobatan lanjutan. Erik bersama ibu dan kakak perempuannya tidak sendiri, namun didampingi oleh salah satu penyanyi lokal Maluku, Jean Christy, yang tergerak hati peduli terhadap Erik.
” Pemicu utama keringat. Di tempat pengungsian panas , jangan biarkan keringat lama-lama kontak dengan kulit . Anak dipakaikan baju tipis saja . Diagnosanya, Erik mengalami dermatitis atau infeksi jamur yang tebal. Sudah infeksi kulit. Olehnya itu, harus jaga kebersihan,” sebut Emanuella, Jumat (18/10/2019).
Secara terperinci, Erik olehnya diberikan obat untuk minum, sabun mandi khusus gatal-gatal dan juga diberikan salap. Imbaunya, air mandi Erik tidak boleh terlalu panas. Harus mandi.
” Adik Erik harus mandi. Dapat sabun mandi khusus, salap dan obat yang dicampurkan ke susu formula yang
diminumnya. Air mandi tidak boleh terlalu panas. 1 minggu kalau ada keluhan, boleh kembali kesini. Tetapi, jika mulai pulih dan tidak gatal-gatal lagi, tidak usah kembali untuk berobat, ” imbaunya.
Sementara itu, Isteri Wakil Gubernur Maluku, Beatrix Orno, yang kebetulan mengantar anaknya imunisasi di dokter yang sama, sempat kaget saat melihat kondisi Erik. Dirinya langsung mendampingi hingga selesai Erik diperiksa dokter. Tak sampai disitu, Beatrix mengambil alih biaya pengobatan Erik dan membayarnya. Dirinya pun mengimbau ibunya Erik, agar menjaga kebersihan anak tersebut.
” Saya kaget, ada bayi kena gatal-gatal di tenda pengungsian. Ternyata pengaruh biang keringat. Saya sudah tanyakan langsung kepada mamanya Erik, sudah 2 bulan Erik terkena gatal-gatal dan sebelum mengungsi akibat gempabumi, dari Sorong hendak berobat ke Ambon. Namun, sebelumnya tidak separah ini. Kita tahulah, namanya ditenda pengungsian sangat panas. Saya sarankan, orang tua juga jaga kebersihan menghindari anak sakit. Dan ganti baju anak secepatnya, jika berkeringat,” ucapnya.
Lebih lanjut Wakil Ketua I, Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku ini menanyakan kepada ibunya Erik, apakah sudah dibawa ke posko kesehatan terdekat di tenda pengungsian? Ibunya Erik membenarkan sudah dibawa dan ditangani oleh suster/perawat dan dokter yang bertugas di posko kesehatan di kawasan tempat tinggal masyarakat pengungsi Banda tersebut.
” Erik sudah ditangani di posko pengungsian gempabumi di kawasan pengungsi Banda. Mungkin pengaruh biang keringat akibat kepanasan di tenda belum sembuh. Jadi di bawa ke dokter praktek oleh Jean Christy,” tandasnya, sembari mengutip perkataan Ibu Erik.
Beatrix mengungkapkan, dirinya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Karena menurut dia, ini wewenang pemerintah kabupaten.
” Saya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten serta dinas terkait lainnya yang berhadapan langsung dengan pengungsi, agar lebih intens jangan sampai ada anak-anak yang lain, terserang penyakit gatal-gatal atau lainnya, supaya bisa secepatnya diambil tindakan. Saya sifatnya hanya berkoordinasi, sesuai tugas Saya,” tuturnya.
Sedangkan, di tempat yang sama, Ibu pasien Erik, Yuni Kopong/Patty mengakui, memang Erik sudah alami gatal-gatal sudah 2 bulan, sebelum peristiwa gempabumi landa beberapa kabupaten di Maluku , termasuk di Negeri Suli yang terkena dampak langsung.
Kendati demikian, menurut Yuni, sewaktu di Sorong hanya bagian wajah Erik yang iritasi kena gatal-gatal. Saat gempabumi dan mengungsi ke tenda pengungsian, iritasi kulit menjalar hingga ke seluruh badan.
” Sebelum gempabumi, sewaktu masih di Sorong, anak Saya Erik kena gatal-gatal di bagian wajah . Diagnosa disana, Erik alergi susu. Namun, sudah ganti susu pun sama saja dan datang ke Ambon ini, untuk berobat. Tetapi, belum sempat berobat, kami mengungsi ke tenda pengungsian di kawasan pengungsi Banda. Selama di tenda, ternyata iritasi kulit menjalar sampai ke seluruh badan Erik. Saya sudah antarkan ke posko kesehatan di tenda dan diberikan obat namun, kata dokter yang menangani Erik katakan, akan sembuh dalam waktu lama,” bebernya.
Jean Christy yang mengantarkan Erik, Ibu dan kakaknya ke dokter mengisahkan, beberapa hari lalu dirinya berkunjung ke tenda pengungsian di Suli Banda. Maksud kedatangannya, ingin meminta data pengungsi di wilayah tersebut, lantaran dirinya akan menyalurkan bantuan hasil mencari dana bersama teman-teman sesama penyanyi di depan Gereja Rehoboth beberapa waktu lalu.
” Kemarin siang, Saya ke Suli Banda untuk meminta data pengungsi karena mau menyalurkan bantuan hasil cari dana kami beberapa hari lalu. Saat sampai ke tenda paling belakang, Saya lihat ada anak bayi namanya Erik sakit gatal-gatal di seluruh badannya. Saya tergerak hati, mengambil langkah mendampingi adik Erik dan ibunya membawa ke dokter praktek hari ini,” ungkapnya.
Sebelumnya, dia mengakui, yang sudah siap menanggung biaya dan memfasilitasi pengobatan Erik adalah pemilik Ronawiska. Tetapi, karena Ibu Beatrix sedang mengantarkan anak Beliau imunisasi, biayanya langsung ditangani oleh Beliau.
Jean pung mengimbau pemerintah, saat memantau pengungsi jangan hanya memantau di bagian depan-depan saja tetapi ke tinjau di bagian belakang juga. Tidak boleh membeda-bedakan.
” Pemerintah jangan lihat cuma di depan tetapi ke belakang juga. Tidak boleh membedakan karena tidak semua pengungsi punya biaya berobat,” imbaunya. (IN06)
