AMBON,MALUKU – Terkait fenomena ikan yang di temukan terdampar dan membusuk di beberapa pesisir pantai seperti di Hukurila, Rutong dan Leahari, Kecamatan Leitimur Selatan (Leitisel), Sabtu (14/09/2019) menimbulkan berbagai spekulasi dari masyarakat.
Menyikapi hal tersebut, Walikota Ambon Richard Louhenapessy kepada awak media, di ruang kerjanya Senin (16/09/2019) menanggapi fenomena tersebut. Walikota mengatakan, terkait dengan fenomena yang terjadi pada hari Sabtu, Saya mendapat laporan dari masyarakat yang tinggal di Leitisel bahwa di pantai mereka, kedapatan banyak ikan yang mati, tanpa di ketahui apa penyebabnya.
Menurut keterangan dari warga , katanya, hanya terdengar suara ledakan yang besar dari laut tetapi tidak mereka hiraukan. Namun, setelah sore hari baru mereka lihat banyak ikan -ikan yang mati dan ikan yang mati ini, merupakan jenis ikan laut dalam yang kemudian menyebar ke beberapa pesisir pantai seperti di Latuhalat dan Seri.
” Saya langsung memberikan instruksi kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kepala Satpol PP, untuk turun ke lapangan dan ternyata , setelah mereka tiba di lapangan kedapatan banyak ikan-ikan yang mati. Mereka sempat melakukan interview dengan beberapa masyarakat dan mereka menjelaskan hal yang sama yakni, terdengar suara ledakan yang besar dari dalam bawah laut,” jelas Walikota.
Terkait dengan asumi dari masyarakat yang mengatakan, itu adalah ulah manusia yang menggunakan bom ikan, dirinya menjelaskan, hal itu sangat kecil kemungkinannya, mengingat dampak dari pada ledakan yang di picu oleh pemboman itu, hanya menyebabkan ikan-ikan akan mabuk tetapi dalam radius yang terbatas. Namun, pada kenyataan yang tejadi radiusnya cukup melebar.
“Jadi kesimpulan sementara kita itu, kemungkinan adanya ledakan yang terjadi dalam laut yang disinyalir adalahy bekas bom perang dunia kedua atau ledakan lain. Hal itu belum kita ketahui dengan jelas,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, sebagai langkah selanjutnya, kita sudah melaporkan dan bekerja sama dengan beberapa lembaga resort perikanaan seperti, Balai dan Fakultas Perikanan maupun beberapa Instansi terkait yang juga sudah turun, untuk mengambil sample guna melakukan penelitian.
” Nah, pada awal kejadian ini, masyarakat masih tetap mengkonsumsi ikan. Namun karena jumlah ikan yang mati semakin bertambah banyak, membuat akhirnya masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi ikan karena dikhawatirkan terjadi keracunan,” pungkasnya.
Dirinya menghimbau kepada para Camat untuk menginstruksikan kepada Kepala Dinas untuk mengubur seluruh ikan yang sudah mati, agar tidak menjadi wabah buat lingkungan sekitarnya.
“Di antara ikan-ikan yang mati ini, ada beberapa yang di duga baru saja mati karena dilihat dari insang yang masih merah. Nah, ikan inilah yang dibawa langsung ke Laboratorium Fakultas Perikanan untuk dilakukan penelitian. Namun dari hasil sementara dengan Laboratorium Balai Karantina itu, didapati bahwa hampir seluruh ikan yang mati, di punggungnya terjadi keretakan yang serius dan pendarahan yang cukup hebat, yang menurut Balai Karantina itu disebabkan adanya getaran yang cukup kuat,” ungkap Walikota lagi.
Terkait penyebab getarannya , Louhenapessy mengatakan, Balai Karantina akan menyelam untuk melihat kondisi koral (terumbu karang ) yang ada di bawah laut.
” Menanggapi serius hal ini, Saya menghimbau kepada seluruh OPD, diantaranya, Badan Penanggulangan Bencana, Lingkungan Hidup, Perikanan, Satpol PP, para Camat dan seluruh Raja turun, guna mengamati secara serius apakah ini akibat daripada pemboman atau adanya fenomena alam lain,” tutupnya.(CR01)
