Tual, Maluku– Suasana proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri, (SMAN) 3, Kota Tual, baik di lantai satu dan dua pada Jumat pagi, (26/4/19), berjalan normal seperti biasanya, kondisi cuaca di pagi itupun terlihat cerah.
Tiba tiba saja sekitar pukul 9, 30, wit, sesaat menjelang bel waktu istirahat berbunyi terjadi guncangan yang sangat dahsyat. Gempa berkekuatan 6,5 skala richter, mengguncang gedung Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tual, hiruk pikuk tangisan dan teriakan minta tolong seketika pecah, seluruh siswa siswi dan guru yang berada di dalam ruangan kelas, berusaha menyelamatkan diri dengan berlindung dibawah meja masing-masing.
Dua menit kemudian terdengar bunyi sirene tanda bahaya, seluruh warga sekolah berusaha mengevakuasi diri dengan berlari keluar menuju titik kumpul yang aman, di lapangan upacara SMAN tersebut.
Komandan lapangan berusaha tetap tenang dan sigap dan meminta para wali kelas untuk memeriksa dan memastikan seluruh siswa dan tenaga pendidikan yang ada pada sekolah tersebut agar jangan sampai ada yang tertinggal di dalam ruangan kelas dan kantor.
Dari hasil pengecekan tersebut diketahui terdapat sejumlah siswa siswi yang tidak sempat menyelamatkan diri saat gempa terjadi, mereka tertinggal di dalam ruang kelas karena tertimpa reruntuhan bangunan gedung sekolah.
Aksi cepat dan tanggap oleh regu penyelamat Pramuka, langsung bertindak, mereka memasuki setiap ruangan kelas untuk mencari rekan rekan mereka, dengan menggunakan tandu tim Pramuka langsung melakukan evakuasi terhadap para korban yang tertimpah puing bangunan.
Terdapat 9 orang siswa mengalami luka berat, kebanyakan dari korban mengalami luka di bagian kepala, patah tulang kaki dan tangan akibat tertimpa puing bangunan, sementara 6 diantaranya mengalami luka ringan, lecet dan terjatuh saat hendak menyelamatkan diri. Para korban langsung dievakuasi ke titik aman dimana terdapat petugas Unit Kesehatan Sekolah, (UKS) untuk mendapatkan pertolongan berupa penanganan medis darurat.
Demikianlah skenario simulasi bencana yang dilakukan oleh 400 siswa siswi, kelas X dan XI, dan 40 orang tenaga guru dan pegawai di lingkup SMA Negeri 3 Kota Tual dalam rangka memperingati, “Hari Kesiapsiagaan Bencana. Dengan motto, SMAN 3, Siap Untuk Selamat.
Nova Murarap, salah satu siswa peserta simulasi, mengakui dengan dilaksanakannya simulasi tersebut telah menambah pengetahuannya apabila akan terjadi bencana.
“Simulasi bencana ini sangat penting, karena dari sini kami dilatih untuk lebih mempersiapkan diri, apabila sewaktu-waktu bencana alam itu terjadi,”ungkap Nova.
Kepala Sekolah SMAN, 3. Kota Tual, Semuel Balubun, ditemui usai simulasi tersebut mengatakan, sesuai Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah No. 4411/D/HM/2019. diharapkan seluruh sekolah pada tanggal 26 April, pukul 10, waktu setempat, agar dapat melakukan simulasi evakuasi bencana serentak di seluruh sekolah.
“Sebagaimana diketahui Maluku termasuk dalam wilayah cincin gempa ring of fire, daerah rawan mengalami gempa, untuk itu kesiapan dan kesigapan dari warga sekolah harus dilatih agar tanggap saat menghadapi keadaan darurat dan mampu menyelamatkan diri saat bencana itu terjadi,”ungkap Balubun.
Dijelaskan Balubun, selain simulasi yang dilakukan, sekolah yang dipimpinnya telah memiliki program pembentukan sikap siswa melalui simulasi evakuasi bencana.
“Mulai tahun ini kita canangkan agar setiap tahun pelajaran minimal dua kali kita latihan tanggap darurat bencana, ini dimaksudkan agar semua warga sekolah melalui simulasi yang rutin dilaksanakan diharapkan mereka siap untuk menyelamatkan diri di lingkungan sekolah, dan bilamana kembali ke masyarakat setidaknya mereka juga siap untuk membantu warga manakala bencana itu terjadi,”ungkap Balubun.
Dikesempatan itu pula Balubun berharap perhatian kepada orang tua siswa, mengingat SMAN 3 Kota Tual telah menerapkan sistim 5 hari kerja, untuk itu sejatinya sebelum berangkat ke sekolah siswa itu harus diberikan bekal makanan dan minuman secukupnya sehingga peserta didik tidak sampai lapar.
“Dan yang paling penting, bilamana terjadi keadaan darurat bencana, maka bekal makanan dan minuman yang dibawa ke sekolah bisa menjadi cadangan makanan untuk bertahan beberapa saat, sambil menunggu datangnya bantuan, karena bisa saja saat bencana itu terjadi suplai air dapat terkontaminasi, tokoh dan warung pada tutup,”imbuhnya. (IN-09).
