Agama

Peristiwa Amahusu,Gubernur Maluku Apresiasi Pernyataan Maaf 4 Negeri Adat

AMBON,MALUKU – Gubernur Maluku Said Assagaff mengapresiasi, permohonan maaf 4 negeri Pela – Gandong Amahusu, Hatalai, Tial dan Laha, terkait peristiwa Panas Pela – Gandong di Negeri Amahusu, Kota Ambon, Minggu (02/12/2018) lalu.

IMG-20181212-WA0059

Gubernur mengungkapkan, 4 negeri pela – gandong yakni Amahusu, Hatalai, Tial dan Laha ,atas peristiwa yang terjadi,Ketua Panitia (Panas Pela – Gandong) juga sudah minta maaf. Dan ,Pemerintah Provinsi Maluku pun meminta maaf, terkait hal-hal yang kurang berkenaan di tengah-tengah masyarakat.

“Mudah-mudahan, kejadian ini tidak terulang lagi. Kehidupan antar basudara kita kan sudah sangat kuat,” tutur Gubernur ,usai pembacaan pernyataan sikap 4 negeri adat yang diwakili oleh Ketua Panitia Panas Pela – Gandong, Meki Lohy, di Kediaman Gubernur Maluku,di kawasan Mangga Dua Ambon, Rabu (12/12/2018) petang.

IMG-20181212-WA0061

Diketahui,pembacaan pernyataan sikap ini dilakukan, setelah di gelar rapat bersama yang dihadiri pimpinan 4 negeri adat tersebut dan sejumlah pemuka agama antara lain, Plt.Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Abdullah Latuapo, Uskup Amboina Petrus Canisius Mandagi, Sekretaris Umum Sinode Gereja Protestan Maluku Elifas Maspaitella, Ketua Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Provinsi Maluku Wilhelmus Jauwerissa, Ketua PWNU Maluku Karnusa Serang, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiah Maluku Abdul Haji Latua dan Wakil Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku Ridwan Bugis.

IMG-20181212-WA0062

“Kita tadi sama-sama mencari solusi dan alhamdulilah, bisa mendapat satu kesamaan pendapat, yaitu panitia panas pela gandong – gandong dan 4 raja, menyampaikan permohonan maaf dan kekeliruan yang mereka lakukan dalam acara itu. Mereka juga berjanji, ke depan tidak lagi terulang kembali kekeliruan serupa,” ungkap Ketua MUI Maluku, Abdullah Latuapo, terkait pertemuan yang di mediasi Gubernur tersebut.

Dia lantas mengimbau, semua elemen masyarakat Maluku, untuk sama-sama menjaga keamanan, kedamaian dan ketenangan, karena itu tujuan serta cita-cita kita.

“Apalagi kita selaku orang basudara, terutama menghadapi tahun-tahun politik. Kita semua bersepakat, semua tokoh agama, tokoh masyarakat, semua elemen masyarakat, mari kita punya tekad yang satu, bagaimana kita bisa menjaga keamanan dan kedamaian daerah ini,”ujar Latuapo.

IMG-20181212-WA0057

Berikut ,bunyi pernyataan sikap keempat negeri adat Amahusu, Hatalai, Tial dan Laha, yang dibacakan oleh Ketua Panitia Panas Pela Meki Lohy.

Pernyataan Sikap dan permohonan maaf Negeri Pela Gandong Amahusu-Hatalai-Tial dan laha.

“Kami masyarakat Pela-Gandong Amahusu, Hatalai, Tial dan Laha, dengan ini menyatakan bersama-sama bahwa kami memelihara hubungan Pela – Gandong ini atas janji adat yang telah diikat sejak zaman nenek moyang ,sebagai suatu warisan luhur bagi anak cucu,”ungap Lohy.

Lebih lanjut dibacakan,bahwa dalam hal ini, kami wajib saling mendukung, menghormati, menghargai dan membantu dalam segala hal terutama, pembangunan negeri dan sumber daya manusia demi kemaslahatan bersama.

Sebab itu,sebutnya lagi, acara Panas Pela-Gandong Amahusu, Hatalai, Tial dan Laha yang dilaksanakan pada tanggal 2 Desember lalu adalah, acara adat yang bertujuan memperkuat relasi persaudaraan dan membangun nilai perdamaian, sebagai nilai bersama untuk memperkuat hubungan antar masyarakat dan antar agama, di Negeri Raja-Raja.

Bahwa acara adat Panas Pela -Gandong itu,ungkapnya, juga menjadi bukti implementasi Maluku sebagai Laboratorium Perdamaian antar agama, yang telah kita deklarasikan bersama dan kita bangun selama ini, dengan menggunakan nilai-nilai kearifan budaya lokal masyarakat di Maluku, salah satunya adalah Pela-Gandong termasuk di antara Negeri Salam-Sarane.

“Jika dalam pelaksanaannya, pada tanggal 2 Desember lalu itu ada penggunaan simbol-simbol agama yang menyinggung terutama basudara Salam-Sarane, maka dalam kebesaran hati sebagai masyarakat Pela-Gandong, kami mohon maaf serta tidak akan mengulanginya di waktu-waktu mendatang,”tegas Lohy.

Tambahnya,kami berjanji bahwa kami akan terus memelihara ikatan Pela-Gandong ini, serta mengajak semua masyarakat adat di Maluku, terus melestarikan ikatan hidop orang basudara, pela-gandong, ain ni ain, kakawai, kidabela, kalwedo sebagai perekat, dalam relasi antar masyarakat dan antar agama, yang lahir dari bumi Maluku.

Bunyi akhir pernyataan,atas nama Masyarakat Pela Gandong Amahusu, Hatalai, Tial dan Laha. Tertanda, Raja Negeri Amahusu, Mesak Silooy, Pejabat Raja Negeri Tial Jamal Tuarita, Ketua Saniri Negeri Hatalai Rony Kastanya, Raja Negeri Laha Said Laturua.(IN06)

Print Friendly, PDF & Email
Comments
To Top