Ambon,Maluku- Masyarakat Negeri Samasuru, Kecamatan Teluk Elaputih, Kabupaten Maluku Tengah, penuh hikma memperingati 119 tahun tsunami Seram atau yang lebih dikenal sengan istilah bahaya Seram, yang terjadi tanggal 29 September 1899 lalu, dalam ibadah yang berlangsung di Gedung Gereja Sinar Kasih, Jemaat Samasuru, Klasis Masohi, Sabtu (29/9/2018).
Sekretaris Angkatan Muda Ranting Getsemani Jemaat Samasuru, Aldi Waileruny,S.Pi,kepada Wartawan,Minggu (30/9/2018), menjelaskan bahaya Seram yang terjadi 119 tahun lalu tidak akan dilupakan oleh anak cucu Negeri Samasuru.
Dijelaskan, bahaya Seram itu terjadi tanggal 29 September 1899 kurang lebih Pukul 1.00 Wit pada malam hari sehingga semua orang susa untuk menyelamatkan diri sehingga kurang lebih 90 % Maryarakat Negeri Samasuru meninggal dunia.
“ Ya saat itu terjadi tanah goyang yang sangat kuat kemudian tiga buah ombak menghantam Negeri Samasuru masyarakat tercerai berai, ruma-rumah masyarakat habis begitu juga gereja” Tutur Aldi Waileruny dengan wajah sedih.
Dikatakan, saat itu ada terdengar suara beta papa dimana, beta mama senga ada, beta anak dimana, suara tangisan terdengar diamana-mana.
Dan lebih parah lagi pada keesokena harinya tanggal 30 September 1899 begitu banyak bangkai yang tersebar kiri-kanan dan ada yang tersangku di pohon sagu, pohon bambu.
Akibat dari tsunami tersebut, Negeri dan Jemaat Samasuru hilang ditelan lautan biru, hal ini menjadi duka yang sangat mendalam yang tidak pernah Kami lupakan dan atas petolongan Tuhan sebagian masyarakat yang masih hidup berpindah mencari tempat yang nyaman untuk memulai kehidupan yang baru dan generasinya adalah Kami saat ini. Dan setiap tanggal 29 September selalu diadakan syukuran memperingati Bahaya Seram mengenang leluhur Kami yang meninggal serta leluhur Kami yang selamt.
“saat itu tidak ada nama Negeri atau Jemaat yang namanya Elpaputih, nama Elpaputih baru ada saat zaman penjajah jadi kalau ada pernyataan-pernyataan kalau Jemaat atau Negeri Elpaputih menjadi korban tsunami adalah tidak benar dan terkesan lakukan pembohongan terhadap public” ungkap Waileruny
Dijelaskan, tanggal 26 Januari 2006 kurang lebih Pukul 21.00 WIT, gempa kembali menggoncang Negeri Samasuru berkekuatan 7,2 skala likert, hanya saja saat itu tidak terjadi tsunami akan tetapi tejadi patahan pada bibir pantai.
Akibat tanah goyang tersebut banyak orang berhamburan keluar rumah dan lari menyelamatkan diri ke pengunungan, karena masyarakat trauma dengan peritiwa naas yang pernah dialami oleh Negeri Samasuru ratusan tahun lalu itu.
“Ya Kami bersukur walau sering terjadi tanah goyang di negeri Kami namum Kami masih diberikan keselamatan sampai dengan saat ini oleh Tuhan Yesus” kata Aldi. (IN-07)
