Ambon,Maluku– Antisipasi bahaya terorisme dikalangan masyarakat jelang perayaan Idul Fitri 1439/Hijria, serta politik adu domba yang kini sedang “bergentayangan” di tengah masyarakat yang endingnya hanya satu, yaitu menghancurkan keutuhan dan keharmonisan kehidupan bermasyarakat,sebuah himbaun yang disampaikan Kapolda Maluku, Irjen Pol Andap Budi Revianto, S.IK,disela-sela acara buka puasa bersama Polda Maluku dengan Insan Pers Maluku, bertempat di Aula Dhrama Polda Maluku, Selasa (12/6/2018)
“Di tengah dinamika situasi yang ada, banyak politik adu domba,selaku Kapolda Maluku,saya harapkan masyarakat jangan mudah percaya dengan isu negatif. Sebab, isu tersebut merupakan upaya adu domba yang ingin memecah belah masyarakat. Dulu kita kenal dengan depire at ampera. Di satu sisi anak bangsa ini di adu domba. Polisi dengan TNI di adu domba. Polisi dengan ulama di adu domba.Pemerintah dengan ulama, seperti itu. Seluruhnya dibuat seperti itu. Sehingga pada akhirnya terjadi kelemahan,”ungkap Jenderal Polri berpangkat dua bintang emas itu..
Jenderal Bintang Dua itu mengatakan untuk menghadapi politik adu domba, masyarakat Maluku harus senantiasa waspada dan mawas diri. Jangan mudah percaya menerima sesuatu tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu.
“Kalau kita tidak mawas diri, menjaga kewaspadaan kita, secara otomatis kita akan tercabik cabik. Maka tentu kita harus waspada. Pada akhirnya, kita jangan mau di adu domba,”tutur Jenderal dua bintang emas yang humanis itu.
Dikatakan, disisi lain peran media, memiliki peran penting dalam menstabilkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). Media diharapkan mampu memberikan edukasi moral kepada masyarakat.
“Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Karena kalau tanpa pendidikan secara moral dari bapak ibu sebagai wartawan atau jurnalis, maka tidak akan tercapai kata kondusif. Media adalah representasi masyarakat. Olehnya itu media mampu menjadi penyejuk di tengah situasi memanas yang terjadi. Rekan-rekan (media) sebagai represantasi masyarakat, kepada publik. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Kami mohon bantuannya apabila ada informasi dilapangan. Tapi tentu kita harus lebih waspada. Kita tidak berharap masyarakat menjadi was was, ketika membaca berita. Jangan sampai terjadi keresahan sosial,”ungkap mantan Kapolda Sulawesi Tenggara itu.
Sementara itu, DR. Abidin Wakano dalam tausiyahnya menyampaikan beberapa pesan kepada media terkait rangkaian kata yang harus diperhatikan dalam setiap pemberitaan.
Kata dalam sebuah pemberitaan, menurut Ketua Panitia Hari-Hari Besar Islam Maluku ini, sangat berpengaruh untuk menghancurkan dan mendamaikan sesama orang basudara.
“Wartawan harus Kaulan Karimah, atau memberikan kata-kata yang baik. Kemudian Kaulan Ma’arufah, yaitu kata-kata yang arif dan bijaksana. Kata arif mengandung kata-kata yang sesuai dengan local wisdom masyarakat setempat,” ungkapnya.
Selain itu, Dosen IAIN Ambon ini juga meminta media agar media dapat menjadi Kaulan Sadidah atau menggunakan kata-kata yang jernih dan tepat.
“Kaulan Sadidah juga merupakan kata-kata yang bersayap. Ini menjadi sesuatu yang sangat penting. kata-kata yang tidak profokatif. Karena kata-kata itu bisa melahirkan apa yang disebut sebagai musuh imajiner,” jelasnya.
Ia mencontohkan seperti “Hantu”. Hantu sebenarnya tidak ada. Tapi bila mendengar Hantu, maka orang akan menjadi takut akibat merekontruksi Hantu melalui kata-kata.
“Kita bisa merusak saudara kita dengan kata-kata. Menjadikan saudara sebagai lawan kita karena pengaruh kata-kata,” terangnya.
Wakano berpesan agar media bisa menggunakan kata-kata yang lemah lembut atau Kaulan Laiyyira, sehingga tidak menyakiti orang lain.
“Orang Ambon bilang saudara tuang hati jantong. Artinya bila anda menyakiti saudara anda maka sama saja anda menyakiti jiwa raga anda sendiri,” tandasnya. (IN-07)
