LANGGUR,MALUKU- Puncak acara Festival Pesona Meti Kei (FPMK) jilid II resmi ditutup pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2017, pukul 14.00 WIT. Acara puncak penutupan FPMK berlangsung di Pantai Ngilngof, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara.
Pada FPKM tahun 2017 ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Malra sabet 2 rekor Muri sekaligus pada penyelenggaraan FPMK. Dua Rekor Muri tersebut yakni pada kategori Sajian makanan olahan terbanyak dengan bahan baku embal atau singkong beracun dengan total olahan sebanyak 425 jenis dan pagelaran kombinasi tari tradisional khas Kepulauan Kei oleh penari terbanyak, yakni 3000 penari yang notabenennya adalah pelajar, dengan memperagakan 5 jenis tarian tradisional secara bersamaan.
Pantauan media ini, puncak Acara FPMK tersebut dihadiri oleh, Sekretaris Menteri Parawisata RI Ukus Kaswara, Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, wakil Walikota Tual Hamid Rahayaan, Bupati Maluku Tenggara Andreas Rentanubun, jajaran SKPD, Forkopimda, dan tamu kenegaraan lainnya.
Hujan lebat yang menguyur puncak Acara tidak menghalangi antusias masyarakat untuk menyaksikan rangkaian kegiatan. Ini terlihat dari kehadiran ribuan masyarakat serta pengisi acara yang rela basah basahan demi mensukseskan penyelengaraan kegiatan FPMK tersebut.
Alunan lagu Arwan sir sir oleh peserta panduan suara Gerejawi (Pesparawi) kabupaten Malra, jadi pembuka rangkaian kegiatan pada puncak acara FPMK. Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan piagam penghargaan MURI oleh Manager MURI Andre Prawandono kepada Bupati Malra Andreas Rentanubun.
Usai penyerahan penghargaan, ribuan pasang mata disuguhkan dengan sajian 5 tarian tradisional khas kepulauan Kei oleh 3000 penari di sepanjang pesisir pantai Ngilngof.
Puncak acara kemudian di tutup dengan sajian bambu gila oleh sangar Upulatu kabupaten Maluku Tengah.
Manager MURI Andre Prawandono kepada wartawan usai kegiatan mengatakan rekor yang di terima pemerintah kabupaten Malra untuk dua kategori tersebut adalah pemecahan rekor FPMK pada 2016 lalu.
“Rekor kali ini memecahkan rekor sebelumnya pada tahun 2016, kalau untuk tarian tahun 2016 hanya malibatkan 2000 penari, kali ini melibatkan 3000 penari dengan mengkolaborasikan 5 tarian secara bersamaan, sedangan untuk kategori Sajian makanan olahan terbanyak dengan bahan baku embal atau singkong beracun tahun lalu cuma 200 jenis olahan kali ini 425 olahan,”jelas Prawandono.
Dirinya berharap dengan diperolehnya rekor Muri tersebut, dapat menarik wisatawan asing untuk berkunjung dan menikmati parawisata dan keragaman budaya yang ada di kepulauan Kei.
Ditempat yang sama Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua dalam pidatonya memberikan apresiasi kepada Bupati Malra Andreas Rentanubun dan jajaran yang telah mengagas dan menyelengaraan kegiatan FPMK.
Dirinya mengakui kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk promosi parawisata, agar di ketahui Dunia bahwa terdapat surga tersembunyi di Maluku.
“Dengan potensi parawisata yang kita miliki ini, kita tunjukan kepada pemerintah pusat kalau di sini terdapat surga tersembunyi yang juga butuh perhatian. Maluku tidak boleh di tinggalkan, parawisatanya harus di perhatikan, karena Maluku merupakan bagian integral dari Indonesia. Dengan begitu kita dapat tunjukan kepada dunia kalau pesona wisata di Indonesia tidak kalah dengan wisata diluar,”pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Parawisata RI Ukus Kuswara kepada wartawan mengaku terkesima dengan potensi Parawisata yang ada di kabupaten Maluku Tenggara. Dirinya berharap Event seperti Meti Kei dapat terus di pasarkan dan di promosikan agar lebih di ketahui. Hal yang sama akan dilakukan kementrian Parawisata untuk mengekspose segala keindahan alam dan budaya di Kepulauan Kei. Selain itu Kemenpar juga berupaya agar kedepan kabupaten Malra dan kota Tual dapat dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus Parawisata.
“Perferensi pariwisata terhadap pengembangan pariwisata saat ini kita mengarah kepada tingkat promosinya, tetapi kedepan dari destinasi wisata kita akan lihat apakah bisa Malara dan Tual dikembangakan menjadi kawasan ekonomi khusus bidang pariwisata atau tidak,”ujarnya.
Kuswara berharap kedepan pemerintah harus mewujudkan bahwa kepulauan kei adalah terdepan di bidang pariwisata serta masyaraktnya bisa menerima manfaat dari pariwisata tersebut.
Untuk diketahui, kegiatan festival meti Kei telah berlangsung selama 4 hari terhitung dari tanggal 19-22 Oktober 2017.
Rangkaian kegiatan di awali dengan Karnaval Budaya, kemudian di ikuti dengan kegiatan lainnya seperti, lomba pangan tradisional, lomba belang,lomba tangkap ikan tradisional, festival hiburan rakyat, lari marathon dan lain sebagainya. (IN-11/CR-01)
