Bula,Maluku- Desa Tanah Baru Kecamatan Kesui Watubela Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) rawan banjir bandang. Sejak setahun terakhir banjir bandang menjadi langganan di wilayah itu. Bahkan pada 23 Juli 2017 lalu kembali menerjang beberapa rumah warga dan paling mengkhawatirkan adalah satu unit bangunan sekolah akan roboh bila banjir susulan kembali menerjang. Pemerintah kabupaten SBT lewat Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) diminta tidak diam dengan kondisi ini.
Camat Kesui Watubela, Jefri Warat yang dikomfirmasi wartawan saat menghadiri acara sosialisasi tim Pengawal dan Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (TP4D) yang digelar kejari Masohi pada beberapa waktu lalu dikota Bula mengatakan, bencana banjir bandang yang terjadi didesa Tanah Baru telah dilaporkan ke BPBD SBT namun hingga kini belum mendapat respon positif. Padahal, laporan pertama sudah disampaikan saat banjir bandang menerjang dan merusak sebuah jembatan penghubung didaerah itu.
“Bencana banjir yang terjadi pada 24 Juli 2017 itu kedua kalinya, yang pertama banjir itu merusak jembatan penghubung antara desa Tanah Baru dengan desa Tamher Timur. Kita sudah laporkan ke pemkab lewat bencana alam (BPBD) disertai dengan bukti-bukti kejadian tapi sampai sekarang belum ada tindakan, lalu terjadi banjir susulan itu berselang dua bulan kemudian yakni bulan maret sampai bulan april 2017, “ungkap Warat.
Kata Warat, terjangan banjir yang kedua kembali merusak pondasi sebuah bangunan sekolah. Akibatnya aktifitas belajar mengajar sempat terhenti beberapa hari. Melihat kondisi bangunan sekolah yang terancam roboh, para orang tua siswa beserta masyarakat sekitar lalu berpartisipasi untuk membangun tanggul sementara untuk menahan terjangan banjir susulan.
“Banjir kedua itu menghantam satu bangunan sekolah, aktifitas anak-anak sekokah lumpuh total. Untuk antisipasi itu, orang tua siswa dong bikin pondasi (Talud) untuk hadang jalur air yang menuju sekolah karna kalau tidak dibuat dengan sendiri pondasi bangunan sekolah akan patah. Dan pembuatan talud itu tanpa sentuhan dari pemerintah,“katanya.
Selain bangunan sekolah, banjir yang terjadi juga menggenangi puluhan rumah warga didesa itu. Akibatnya rausan warga yang berdomisili didesa tersebut mengalami kerugian. Banjir yang terjadi akibat meluapnya salah satu sungai yang ada didesa itu. Dari data tercatat 24 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 160 jiwa yang mendiami daerah itu.
“Kerugian material ada, perabotan rumah warga rusak seperti kasur, sofa rusak parah tapi yang lebih jelas kalau BPBD yang menghitung berapa nilai kerugian yang dialami warga, kita tidak bisa mentaksir, “jelas dia.
Warat berharap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) SBT dapat secepatnya merespon hal itu. Meskipun belum melakukan tindakan pembangunan fisik bangunan yang rusak diterjang banjir bandang namun setidaknya pihak BPBD dapat memberikan bantuan untuk warga korban bencana banjir.
“Tindakan bencana cuma mereka minta data, bukti laporan, KK korban saja namun sampai sekarang pihak bencana tidak turun sampai disanan. Kita berharap dari pihak bencana minimal kalau belum bisa bangun tanggul fisik talud itu paling tidak siasati untuk bantu korban yang kena banjir, “harap dia. (IN-17)
