Ambon, Maluku – Gubernur Maluku Said Assagaff menyebutkan, faktor keteladanan menjadi sebuah tantangan, apakah kita yang ada sekarang di Maluku mampu mengisi tahun-tahun usia Maluku nanti.
“Apakah kita akan menorehkannya, dengan torehan tinta emas, ataukah hanya gambaran hitam putih, bahkan mungkin abu-abu dan menjadi makin suram dan kusam,” ujar Assagaff.
Pernyataan tersebut disampaikan Assagaff dalam sambutan tertulis, yang dibacakan Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-72 Provinsi Maluku tanggal 19 Agustus 2017, dalam bentuk pelaksanaan upacara bendera di halaman Kantor Gubernur Maluku, Ambon, (19/8/2017).
Lebih lanjut soal keteladanan itu, Assagaff mengajak seluruh masyarakat di Maluku, agar mengenang kembali nama-nama besar pejuang Maluku yaitu Thomas Matulessy, Martha Christina Tiahahu, Yohanes Latuharihari, Anthony Rebhok, Said Perintah, DR Leimena dan masih banyak lagi.
“Mereka memberikan keteladan. Teladan itu, adalah teladan yang telah melegenda dan bersifat abadi,” imbuhnya.
Soal keteladanan ini, memang menjadi tantangan yang gampang-gampang susah, la mudah untuk diucapkan di mulut, tetapi sangat sulit dikerjakan oleh tangan-tangan kita sendiri. Oleh sebab itu, dirinya menyerukan kepada seluruh anak negeri Maluku, dan seluruh komponen masyarakat tanpa terkecuali untuk terus menggalang semangat persatuan hidup orang bersaudara.
“Dalam beberapa bulan ke depan kita akan memasuki tahapan Pikada Gubernur Maluku dan Pilkada Kabupaten Maluku Tenggara serta Kota Tual. Perhelatan demokrasi 5 tahunan ini, adalah sarana untuk memenuhi hak politik setiap warga negara, guna memilih pemimpinnya,” tuturnya.
Oleh sebab itu, dirinya mengajak seluruh warga yang punya hak pilih, untuk memanfaatkan dengan sebak-baiknya, pertama-tama dengan menjaga keamanan. Keamanan dan ketertiban umum mesti terpelihara sampai dengan hari pencoblosan yaitu tanggal 27 Juni 2018.
Dia menyebutkan, penting juga menjaga keutuhan dan soliditas sebagai sesama anak negeri. Boleh berbeda pendapat atau pilihan politik, namun ikatan persatuan dan kesatuan bangsa, jauh lebih tinggi dan lebih utama.
Lanjutnya, permasalahan perbedaan daerah, suku, ras dan agama, yang bertujuan mengganggu persatuan dan kesatuan NKRI sempat naik ke permukaan, namun ketahanan nasional sebagai bangsa yang menjunjung tinggi integritas NKRI harga mati.
“Hal ini harus saya tegaskan, sebab pengalaman membuktikan bahwa keberhasilan melakukan sebuah pekerjaan besar, haruslah didukung setidaknya 2 hal penting, yaitu semangat kerja yang kuat dan topangan jejaring kerja yang luas,” bebernya.
Jejaring kerja yang dia maksudkan, hendaknya meliputi seluruh sektor tanpa kecuali. Baik itu sektor formal, maupun sektor informal. Mulai dari instansi pemerintah, TNI/Polri, Perbankan, BUMN/BUMD, akademisi hingga Anggota Legislatif. Mulai dari pengusaha sektor riel skala mikro kecil, hingga pebisnis multilevel.
Dia katakan, semua itu harus terjalin, terkoneksi secara baik satu dengan lain. Dan yang paling penting di atas semua itu adalah, saling percaya dan saling mendukung tanpa kecuali. Dari filosofi inilah, kita dapat menyatukan gerak langkah guna melakukan banyak perubahan di Maluku.
Dengan kata lain, Maluku harus makin maju, Maluku harus miliki daya saing, Maluku harus terus berlomba mengejar. Saya mengajak setiap anak negeri Maluku di mana pun dia berada, untuk berproses kearah yang tepat.
“Ajakan ini, adalah ajakan mulia menuju budaya kerja yang produktif pada semua elemen bangsa. Tiap-tiap pribadi mesti merancang bangun mindset-nya, tentang sumbangsih yang harus diberikan kepada daerah, dan bukan sebaliknya tentang apa yang daerah berikan untuk kita,” tandasnya. (IN-06)
