Maluku

Bangsa Terpolarisasi Perpecahan, Assagaff : Masyarakat Harus Kembali Ke Pancasila

AMBON,MALUKU – Gubernur Maluku Said Assagaff membuka Workshop Implementasi 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama (Kemenag), yang digelar bertajuk “Revolusi Mental dengan Amal Agama”, kerjasama Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Provinsi Maluku dengan Majelis Dzikir RI – 1 Provinsi Maluku, di Maluku City Mall Ambon, Senin (19/6).

Kepada wartawan usai membuka workshop, Gubernur Assagaff katakan, bangsa dan negara saat ini tengah terpolarisasi, terkait dengan perpecahan di antara anak bangsa, termasuk isu radikalisme, terorisme, dan ISIS, sepatutnya kita kembali pada nilai-nilai luhur bangsa kita.

Karena itu dia mengingatkan seluruh masyarakat di daerah ini, untuk saatnya kembali kepada Pancasila, sebab Pancasila bisa mengayomi semua lapisan masyarakat dari berbagai agama, etnis, ras dan suku.

“Saya berterima kasih, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Majelis Dzikir RI – 1 bisa mengumpulkan sebagian besar tokoh-tokoh agama di Maluku, dan bisa menerjemahkan perilaku dan budi pekerti yang baik dalam rangka kita membangun bangsa dan negara, melalui workshop ini,” ujar Assagaff.

Sebagai Gubernur, Assagaff berharap, workshop serupa digelar juga di tingkat kabupaten kota, bahkan bila perlu sampai ke tingkat kampung atau desa.

“Agar masyarakat kita di Maluku yang majemuk ini, hidup dalam keadaan aman, tentram, rukun, teligius dan damai,” tandasnya.

Sementara Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Maluku Faisal Musaad, pada kesempatan yang sana menyebutkan, workshop ini sebenarnya merupakan peneguhan revolusi mental dalam memperkuat budaya kerja aparatur.

“Diharapkan dalam budaya kerjanya, aparatur itu punya lima nilai yaitu Workshop Implementasi 5 Nilai Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan, agar dia bisa melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.

Dalam rangka Revolusi Mental, Musaad katakan, pihaknya mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat, untuk ikut serta pada workshop ini.

Sebab pembangunan bangsa, termasuk daerah ini, menurut Musaad, akan berjalan dengan baik, jika masyarakat dan pemerintah, dalam dirinya punya semangat integritas, punya semangat gotong royong, serta etos kerja yang tinggi.

Musaad menilai hal tersebut penting, karena itu perlunya saling mengingatkan, apalagi kondisi saat ini kita berada pada dunia tanpa batas, dengan adanya ledakan informasi tak terbatas.

“Di era dimana media informasi bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja ini, membuat kita ini seperti rumah besar yang tanpa pintu dan jendela,” tuturnya.

Karena itu, “Revolusi Mental dengan Amal Agama” Musaad katakan, merupakan penetrasi untuk memfilter pengaruh budaya-budaya asing yang masuk, yang dikuatirkan membawa faham-faham yang tidak sesuai dengan kondisi dan jati diri bangsa Indonesia.

Sebagai contoh pengaruh-pengaruh negatif itu, Musaad menyebutkan, misalnya radikalisme, terorisme dan intoleran. Jangan sampai itu terjadi di daerah kita ini. Jangan sampai hal-hal itu masuk dengan mudah di aparatur Kementerian Agama, di aparatur pemerintah, serta di anak-anak muda,

“Kegiatan kita ini juga merupakan bagian dari pendidikan deradikalisasi, dan pembinaan umat beragama. Termasuk bagian dari upaya kita merubah orang dengan watak yang keras menjadi lunak, lembut, plural, toleran, menjadi moderat, menjadi rahmatan lil alamin, menjadi penuh kasih sayang menurut ajaran agama masing-masing,” pungkasnya. (IN-06)

Print Friendly, PDF & Email
Comments
To Top