WWF Gandeng Malra-Tual Latihan Penyelamatan Penyu

TUAL,MALUKU– World Wide Fune for Nature (WWF) Indonesia perwakilan Maluku Tenggara – Kota Tual menggelar kegiatan pelatihan penyelamatan penyu di kepulauan Kei, yang dipusatkan di Kantor Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) Kota Tual dan pulau Hoat kemarin.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut melibatkan beberapa instansi dua daerah (Maluku Tenggara-Kota Tual) diantaranya, PSDKP Kota Tual, Kodim 1503 Tual, Karantina Ikan Kota Tual, Lanal Tual, DKP Kota Tual, Dinas Perikanan Maluku Tenggara, Dinas Pariwisata Kota Tual, Dinas Pariwisata Maluku Tenggara, BLH, Polair.
Di hari kedua, pelatihan lebih terfokus pada masyarakat yang tergabung dalam kelompok budidaya rumput laut (Jejaring Penyu Lestari),yang telah berkomitmen untuk turut menjaga dan melindungi penyu, yang bertempat di pulau Hoat. Pulau Hoat sendiri merupakan salah satu pulau (dapur) tempat pendaratan penyu.
“Kami (WWF) gelar kegiatan ini sebagai langkah untuk melindungi spesies yang terancam punah (penyu)”, ujarnya. Dia katakan, penyu saat ini masuk kedalam Appendix I CITES yang artinya sudah tidak dapat ditangkap atau dimanfaatkan baik daging maupun telurnya. Didalam peraturan atau regulasi perlindungan penyu. Sesuai Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 telah menyatakan jelas bahwa,perdagangan dan perburuan penyu dilarang dan sudah disepakati secara nasional maupun internasional,” terang Ohoiulun.
Dijelaskan, Kepulauan Kei, Kabupaten Maluku Tenggara memiliki aset kekayaan hayati yang tinggi dan variatif. Satu keunikannya terbukti bahwa wilayah ini menjadi habitat pakan dan koridor migrasi bagi Tabob atau dikenal secara ilmiah dengan sebutan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea). Tak hanya penyu belimbing, jenis penyu lain pun sering singgah di perairan Kei dan sekitarnya. Dan tradisi masyarakat setempat mengkonsumsi penyu menyebabkan populasinya di alam semakin menurun setiap tahun.
“Seharusnya masyarakat Kei bisa bangga menjadi salah satu lokasi pilihan feeding ground, bahkan tempat pendaratan bagi penyu. Seluruh makhluk hidup di alam ini hidup saling keterkaitan. Jadi, jika salah satu dari mereka punah atau hilang maka ekosistem di laut akan tidak seimbang. Sudah menjadi tanggung jawab kita semestinya untuk melindungi penyu” ucap Andreas.
Olehnya itu, dia berharap kegiatan ini mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta instansi untuk menjaga penyu yang dilindungi, salah satunya dengan memberikan penanganan yang tepat ketika tertangkap secara tidak sengaja pada aktivitas penangkapan ikan di Kepulauan Kei. (IN-11)
