Olahraga

Pengagum Ajax Berniat Maju Balon Ketum KONI Maluku 2017-2022

Ambon,Maluku- Mengklaim diri telah didorong dan masih rutin berkomunikasi dengan delapan pengurus provinsi cabang olahraga berikut tiga anggota KONI kabupaten se-Maluku, Heygel Tengens menyatakan dirinya siap mencalonkan diri sebagai salah satu calon Ketua Umum KONI Maluku 2017-2022 pada Musyawarah Olahraga Provinsi KONI Maluku yang akan dihelat di Ambon pada Agustus mendatang.

 ’’Saya sudah melakukan lobi dengan delapan Pengprov Cabor dan tiga kepengurusan KONI Kabupaten di Maluku. Prinsipnya mereka mendukung saya, jika saya berkeinginan dan serius ingin maju bertarung sebagai bakal calon Ketum KONI Maluku pada Musprov KONI Maluku (Agustus 2017) nanti,’’ cetus Heygel kepada pers di Ambon, akhir pecan kemarin (15/4).

Sebagai mantan atlet Basket, Judo, Sepak Bola dan masih tercatat sebagai Pembina Pencak Silat di Ambon, Heygel berpandangan tekadnya maju sebagai salah satu bakal Calketum KONI Maluku karena didorong rasa keprihatinan mendalam di balik ketidakberhasilan daerah ini meraih prestasi menawan di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat dan event-event nasional lainnya yang dikelola KONI Maluku.

18009075_1327266243976599_108815997_n’’Saya melihat ada salah urus dengan KONI Maluku sehingga dana besar sekitar Rp.16,5 miliar yang dikucurkan Pemerintah Provinsi Maluku tidak mampu mendongkrak prestasi daerah ini di PON XIX Jawa Barat. Banyak atlet, terlebih khusus, para pelatih yang kecewa berat karena bonus yang dibagikan dirasa tidak rasional dan tidak wajar. Bonus kita dalam tiga edisi PON terakhir masih berkutat di angka Rp 150 juta bagi peraih emas, padahal daerah lain sudah mencapai Rp.250 juta hingga Rp 300 juta. Waktu TC indoor menuju PON XIX kan sudah seharusnya bonus diumumkan sebagai motivasi, tapi ternyata kan sampai pulang PON Jawa Barat, atlet dan pelatih bingung kapan dan berapa jumlah bonus yang akan mereka dapatkan. Para pelatih akhirnya kecewa karena bonus Rp 50 juta dibagi untuk tiga sampai empat orang. Kebijakan mengefisiensi anggaran di satu sisi baik, tapi di sisi lain menambah kekecewaan atlet, pelatih dan pengprov cabor karena mereka merasa tidak sejahtera. Karena itu, jangan salahkan atlet dan pelatih kalau akhirnya mereka pindah ke daerah lain karena tidak diperhatikan daerah ini, terutama KONI Maluku.  Dan saya ingin memperbaiki sistem yang keliru seperti itu selama ini. Yang harus diutamakan itu atlet dan pelatih, karena mereka itu raja. KONI tidak membina atlet, tapi yang membina atlet dari nol itu pelatih. Betapa sakitnya hati pelatih kalau ternyata bonus yang mereka terima tidak sesuai. Ini karena perencanaan yang tidak matang dan takut mengambil langkah terbaik,’’ tekad Dirut Sekolah Sepakbola (SSB) Amboina.

Heygel juga mengamati pengurus KONI Maluku saat ini tidak memiliki kepedulian tinggi terhadap pembinaan dan prestasi atlet yang telah mengharumkan nama daerah di kancah nasional dan internasional. Dia mencontohkan kasus yang menimpa juara Lari Sumbawa 2016/2017 Matheos Berhittu di mana selama keikutsertaannya tidak pernah dipedulikan KONI Kota Ambon dan KONI Maluku.

’’Harusnya waktu pergi berlomba, KONI Maluku atau KONI Kota Ambon itu memfasilitasi keberangkatan dan kepulangan Matheos Berhitu. Tapi kan tidak. Masak semuanya ditanggung Pangdam Pattimura, pak Dony Moenardo. Jangan pakai alasan tidak koordinasi segala. Kalau punya kepedulian, baik sebelum pergi maupun pulang berlomba, ada fasilitasi dari KONI. Apalagi, Matheos sudah dua kali pulang dengan juara. Ke depan, jangan pilih pengurus KONI Maluku dari kalangan akademisi, sebab kalau akademisi yang pimpin, nanti seluruh pengurus cabor dianggap seperti mahasiswa di kampus. Akhirnya uneg-uneg dari pelatih maupun pengurus cabor tidak dapat disampaikan dengan baik, karena takut dianggap kurang paham atau kurang berbobot,’’  kritik pengagum klub Ajax Amsterdam itu.

Heygel mengutarakan sejauh ini banyak pengprov cabor yang mengeluhkan sistem keuangan satu pintu yang menyebabkan mereka sulit mengikuti event-event nasional untuk menambah jam terbang atlet selama empat tahun terakhir. ’’Bayangkan saja sebuah proposal yang disampaikan ke KONI Maluku, bisa makan waktu sampai dua bulan baru direspons. Itu pun jumlah anggaran yang dimintakan tidak sesuai yang dikucurkan. Istilah orang Ambon, air sudah di leher baru proposal dibalas. Bukankah hal ini sangat meresahkan pengurus cabor, karena dalam tenggat waktu terbatas harus mencari sisa anggaran untuk menutupi kebutuhan anggaran tim secara keseluruhan,’’  ulas mantan pelatih pelajar Maluku di Popnas 1993, 1995 dan 1997 itu.

Selain itu, tandas Heygel, yang menggugah dirinya ingin mencalonkan diri sebagai calketum KONI Maluku masa bakti lima tahun ke depan, karena terjadi krisis kepemimpinan di tubuh KONI Maluku menyusul larangan-larangan terhadap pejabat publik, gubernur, wakil gubernur, komisaris bank, dan jabatan lain untuk menjadi ketum KONI sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) dan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (IN/ROS)

Print Friendly, PDF & Email
Comments
To Top