BPBD Maluku Gelar Simulasi Siaga Bencana

AMBON, MALUKU- Sedikitnya 5000 warga terlibat secara langsung dalam simulasi kesiapsiagaan bencana yang dilaksanakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku pada Rabu, (26/4). Kegiatan ini akan berlangsung secara serentak di empat kabupaten/kota di Maluku pada pukul 12.00 WIT, dalam rangka menginisiasi Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN).
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Maluku, Farida Salampessy mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan merupakan inisiatif dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Simulasi ini bertujuan untuk membudayakan latihan secara terpadu, terencana dan berkesinambungan, guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menuju Indonesia Tangguh Bencana,” kata Farida.
Kegiatan latihan atau simulasi ini, kata dia, bukan saja dilakukan di Provinsi Maluku, tapi di seluruh wilayah Indonesia secara serentak pukul 10.00 WIT waktu setempat, seperti latihan evakuasi mandiri, simulasi kebencanaan, uji sirine peringatan dini, uji shelter dan sebagainya. Di Maluku sendiri, simulasi kesiapsiagaan bencana dilakukan di Kota Ambon, Kabupaten Buru, Maluku Tenggara, dan Maluku Tenggara Barat, melibatkan masyarakat dan BPBD Kabupaten/Kota setempat.
“Di Kota Ambon kami melibatkan sekitar 3000 orang, ditambah dengan warga yang terlibat dalam simulasi di Buru, Malra dan MTB, maka jumlah partisipasi masyarakat yang terlibat nantinya sekitar 5000 orang,” jelasnya.
Farida mengatakan, kegiatan ini akan menguji ketersediaan sistem dan SOP (standar operasi prosedur) BPBD Provinsi Maluku dalam menangani bencana. Khusus untuk Kota Ambon, kegiatan simulasi akan dilakukan di Kantor BPBD Maluku, BPBD Kota Ambon, BMKG Ambon, STAKPEN Ambon, Pertamina Ambon, SMA Negeri 1 Ambon, SMA Siwalima, SMA Negeri 5 Ambon, SLB Batumerah, Negeri Laha, Kelurahan Batugajah dan SD Al-Hilal Negeri Laha.
“Di Kota Ambon akan ada beberapa simulasi yakni uji serine peringatan dini banjir, uji serine peringatan dini tanah longsor, uji serine peringatan dini gempa dan tsunami, serta evakuasi mandiri. Kami berharap, dengan kegiatan ini, masyarakat dapat teredukasi dan terlibat langsung dalam latihan bagaimana ketika menghadapi bencana itu terjadi,” harapnya.
Farida menambahkan, pilihan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional sebagaimana disampaikan oleh Kepala BNPB H.E. Willem Rampangilei pada acara sosialisasi persiapan perencanaan HKBN di Graha BNPB pada 17 Maret lalu, dilatarbelakangi oleh 10 tahun ditetapkannya Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada 26 April 2017.
Undang-undang tersebut, kata dia, menjadi sangat penting karena telah melahirkan berbagai legislasi, kebijakan dan program pemerintah yang mendukung kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana.
“Momentum ini menjadi titik awal perubahan paradigma dan mengubah cara pandang dalam menyikapi bencana yang semula respon, menuju paradigma pengurangan risiko bencana,” katanya.
Semua orang, kata dia, mempunyai risiko terhadap potensi bencana tersebut sehingga penanganan bencana merupakan urusan semua pihak. Karena itu diperlukan peran dan tanggung jawab dalam peningkatan kesiapsiagaan di semua tingkatan, baik untuk anak, remaja dan dewasa. Seperti yang telah dilakukan di Jepang dalam menumbuhkan kesadaran kesiapsiagaan bencana bagi masyarakatnya.
”Kami berharap agar masyarakat kita akan menjadi tanggap dan memiliki kemampuan mitigasi bencana dan akhirnya lebih siap menghadapi bencana, yang kapan saja bisa terjadi, apalagi mengingat Maluku sangat berpotensi terjadi bencana baik bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan, maupun bencana lainnya seperti gempa bumi dan tsunami,” katanya mengingatkan.
Kegiatan simulasi dan latihan kesiapsiagaan bencana yang melibatkan sedikitnya 5000 orang itu didukung sejumlah pihak diantartanya Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Provinsi Maluku, BMKG Ambon, PMI Daerah Maluku, Tagana Maluku, serta Desa Tangguh Bencana. (IN/HUM)
