Komite Boikot Proses Belajar Sekolah di SBB

PIRU,MALUKU- Aksi pemboikotan proses belajar mengajar di SMP Satu Atap, Dusun Tapinalu, Desa Luhu, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat dilakukan oleh siswa, orang tua dan komite sekolah itu.
Pemboikotan itu sebagai dampak dari pergantian Kepala Sekolah yang selama ini tidak mampu membawa kemajuan di SMP tersebut.
Hal ini diungkapkan Ketua DPC PKS/anggota komisi C DPRD SBB, La Ode Risno Judin, SP kepada INTIM NEWS Maluku di Piru, Kec Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kamis (16/3).
“Aksi pemboikotan proses belajar mengajar di SMP Satu Atap, Dusun Tapinalu, Desa Luhu, Kec Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat yang dilakukan oleh siswa, orang tua dan komite sekolah akibat pergantian Kepala Sekolah yang selama ini tidak mampu membawa kemajuan di SMP tersebut,” ujar Risno.
Menurutnya, pasca pergantian Kepala Sekolah dari Harmin Wally kepada Ismail Wagola secara kompak siswa, orang tua dan komite sekolah melakukan pemboikotan proses belajar mengajar sejak Pebruari 2017 lalu.
Dikatakan, pergantian beberapa kepala sekolah pada tingkat SD dan SMP oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Seram Bagian Barat, Dra. Hj. Hanifa Hehanussa telah menimbulkan beberapa masalah dan kegaduhan di beberapa sekolah di Kab SBB. Salah satu masalah yang muncul adalah terhentinya aktifitas belajar mengajar di sekolah.
“Saya meminta Kepala Dinas Pendidikan Kab SBB agar lebih bijaksana dan mematuhi UU ASN dalam melakukan pergantian atau mutasi kepala-kepal sekolah. Memang benar setiap kebijakan baru pasti akan menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat, apalagi berhubungan dengan pergantian Kepsek. Oleh karena itu, kepala dinas juga harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam melakukan pergantian tersebut, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat dan berdampak pada terganggunya aktifitas belajar mengajar, ” tuturnya.
Lebih lanjut Politisi Muda PKS ini tegaskan, apa yang terjadi pada SMP 1 Atap, Dusun Tapinalu sampai hari ini proses belajar mengajar tidak berjalan dan yang menjadi korban adalah siswa-siswi khususnya menjelang persiapan Ujian Nasional. Jumlah siswa saat ini sekitar 70 orang dan yang akan mengikuti ujian nasional sebanyak 20 orang siswa.
Dikatakan, masyarakat Dusun Tapinalu menolak Kepsek yang baru, Ismail Wagola mereka beralasan bahwa yang bersangkutan pernah menjadi kepala sekolah itu tetapi sekolah tidak mengalami kemajuan dan banyak siswa yang ijazahnya bermasalah karena kesalahan dalam penulisan pada ijazah.
“Masyarakat melalui komite dan beberapa tokoh sudah menyampaikan masalah tersebut kepada kepala dinas, akan tetapi kepala dinas sepertinya menggunakan tidak menghiraukan terkait pergantian tersebut, ” pungkasnya seraya katakan para guru-guru saat ini tidak dapat berbuat apa-apa, karena mereka mau mengajar tetapi tidak ada siswa yang masuk. (IN-01/Jessy)
