Pendidikan

Kabar Gembira, Tahun 2018 Pemprov Maluku Kuliahkan Siswa Ke Jerman

AMBON,MALUKU- Dipastikan mulai tahun 2018 mendatang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku akan mengirimkan siswa-siswi lulusan SMA/SMK, untuk melanjutkan pendidikan di Negara Jerman.

Kepastian informasi ini disampaikan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Maluku,Zeth Sahuburua usai pertemuan dengan Konsultan Pendidikan dari Jerman Markus Wunsche di Ambon,Kamis (9/3).

“Kalau ada anggaran di Dinas Pendidikan, kita akan coba kirim tahun ini. Tapi kalau tidak ada, berarti dipastikan tahun depan baru program sekolah di Jerman ini, bisa jalan,” ujar Wagub.

Menurut Wagub, pada pertemuan itu diketahui bahwa para siswa yang akan dikirim bersekolah ke Jerman ini, biaya pendidikannya ditanggung oleh pemerintah Jerman.

“Hanya biaya hidup pelajar, kalau kita kerja sama, maka harus ditanggung oleh Pemprov sebagai pihak yang mengirim.Selanjutnya,hasil pertemuan ini akan Saya laporkan ke Pak Gubernur,” ungkapnya.

Terkait biaya dari Pemprov Maluku, Wagub katakan, akan dicek dulu ke Dinas Pendidikan. Pasalnya, anggaran yang disediakan Pemprov untuk tahun ini sudah jalan. Itu artinya mesti dianggarkan lagi.

“Nah ,untuk menganggarkannya tentu perlu persetujuan dan pengesahan dari DPRD Maluku.Karena tahun 2017 sudah jalan, jadi akan dianggarkan untuk tahun 2018,”Katanya.

Pihak Jerman sendiri, disebut Wagub, sengaja datang untuk menawarkan program ini di Maluku, dengan menjamin mutu dan kualitas pendidikan yang sangat baik di sana.

“Kita diberikan kepercayaan untuk mengirimkan anak-anak Maluku ke Jerman, tapi tentunya harus melalui sebuah seleksi. Konsekuensinya, anak-anak kita yang kita kirim ini, harus anak-anak yang baik. Sebab kalau kita kirim tidak baik, berarti biaya itu akan hilang percuma,” tandas Wagub.

Pada kesempatan itu, Wagub mengusulkan, sebaiknya dibuat Pakta integritas sebagai syarat keberangkatan. Artinya siswa-siswi yang dikirim pada program ini, jika  tidak mampu dan kembali,  harus mengembalikan dana yang sudah dikeluarkan pemerintah.

“Sebab kita kirim itu ada hasil yang baik. baik untuk mereka juga  untuk pembangunan daerah kita. Itu artinya anak-anak yang akan kita kirim nanti, adalah anak-anak yang betul-betul teruji,” harap Wagub.

Berapa banyak siswa-siswi yang akan dikirim dalam program ini, menurut Wagub, sangat bergantung hasil test nanti.

“Teman-teman mesti tahu bahwa Saya dan Pak Gub ini selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Baik itu dikirim di dalam negeri maupun luar negeri. Supaya mereka bisa ikut membangun daerah Maluku,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, konsultan pendidikan asal Jerman Markus Wunsche, mengaku senang mendapat respon baik dari Pemprov Maluku. Meski dia mengakui untuk merealisasikannya, butuh komunikasi lebih dengan Pemprov Maluku.

Menurut Markus, sosialisasi mengenai pendidikan di Jerman ini, sudah dilakukan sejak tahun 2013 di Ambon dan beberapa sekolah di Maluku Tenggara.

“Sosialisasinya di Ambon, seperti SMAN 1, SMAN 2, SMA Xaverius, SMA Siwalima, SMAN 13 dan SMA Kalam Kudus. Itu juga akan di follow up, tapi kita tunggu tindak lanjut dari Pemerintah Provinsi. Dan tindak lanjut itu akan ada dalam bentuk  seleksi,” ujarnya.

Pelopor studi Indonesia – Jerman sejak tahun 1997 ini katakan, di Jerman sendiri sudah punya lebih 7.000 student dari Indonesia. Namun lebih banyak siswa yang menapaki pendidikan di Negeri Der Panser itu lebih banyak dengan biaya pribadi.

“Kalau yang melalui jalur kerja sama dengan pemerintah itu, dari Manokwari, Papua” pungkasnya.

“Sebenarnya kami sudah punya berapa student yang berasal dari Maluku, yang sementara bersekolah di Jerman. Tetapi sebagian besar masih melalui jalur pribadi. Kali ini kami ingin Pemerintah Provinsi yang menolong dengan biaya hidup, sedangkan pemerintah Jerman membayarkan biaya pendidikannya,” tambah Markus.

Pihaknya, lanjut Markus, sangat berharap dukungan biaya hidup bagi siswa-siswi yang akan kuliah di Jerman.

Ditanya soal syarat kuliah di Jerman, dia mengaku syaratnya tak berbelit berlit,  Siswa-siswi harus dinyatakan lulus dari sekolahnya, dengan nilai rata-rata 6,0. Kecuali untuk kuliah kedokteran, syarat nilai minimum 8.

“Kami sengaja menawarkan ke Jerman, karena di sana memang banyak kelebihan. Yang pertama, pendidikan gratis dari pemerintah Jerman, namun biaya hidup harus ditanggung sendiri. Di Jerman kita belajar 90% dengan professor. Kalau kita mau maju dan berkembang lebih baik, harus lewat pendidikan, dengan pendidik yang berkualitas. Tidak ada cara lain,” ujar lelaki asal Jerman yang datang ke Indonesia sejak 1992 ini. (IN-15)

Print Friendly, PDF & Email
Comments
To Top