Panorama Eksotik “Tanusang” Geser

Langit pulau terapung, Geser kecamatan Seram Timur kabupaten Seram Bagian Timur, Senin 23 Januari 2017 tampak cerah. Sang surya dengan leluasa memancarkan sinarnya ke bumi. Sinar matahari yang menyegat tidak menyurutkan keinginan saya dan beberapa rekan jurnalis untuk menginjakkan kaki di gunung pasir yang timbul di laut antara pulau Geser dan pualu Seram, pulau Seram Laut dan pulau Kiltai-Kilwaru itu. Bersama pak Jamaludin Amir dan Muhammad Saputra Rumalolas, dua warga Geser yang turut andil merawat Tanusang itu, kami pun menuju ke gunung pasir itu menggunakan longoat dari desa Geser. Beberapa bibit kelapa dibawa serta pak Amir untuk menanamnya di gunung Pasir yang disebuat warga setempat sebagi Tanusang atau Bas itu.
Setelah menempuh perjalanan sekira 15 menit dengan melawan arus laut di tengah pulau Geser dan pulau Seram Laut yang cukup deras, kami pun berhasil menginjakkan kaki di Tanusang.
Indah dan menakjubkan. Itulah yang terpikir oleh saya saat saat memandang lepas ke hamparan pasir putih yang memanjang dari arah selatan ke utara itu. Terlihat seperti ular raksasa yang sedang “mengampung” di tengah laut, itulah panorama yang tersaji di gunung pasir ini.
Tak menungu lama, saya dan rekan-rekan langsung terpencar mencari tempat yang tepat untuk mengabadikan momen itu dengan selfie ria atau foto bersama. Di berbagai sudut Tanusang ini, kami dapat menikmati keindahan alam yang asri. Berdiri diatas Tanusang yang diapit oleh pulau Geser, Pulau Seram, Pulau Seram Laut dan Pulau Kiltai-Kilwaru ini, kami seperti sedang berlayar dengan sebuah kapal.
Warga setempat mengakui, Tanusang itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu Bahkan mereka percaya, Tanusang itu telah timbulnya bersamaan dengan pulau Geser dan pulau-pulau sekitarnya.
Sebelumnya, Tanusang itu terletak pada jarak sekira tiga kilometer dari pulau Geser dan pulau Seram. Tepatnya di samping salah satu jalur keluar- masuknya kapal ke dermaga Geser.
Letaknya yang terbilang jauh dari daratan pulau-pulau sekitar membuat Tanusang itu hanya dapat dinikimati dari kejauhan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, secara perlahan, gunung pasir itu bergeser mendekati datatan pulau Geser. Menurut warga, bergesernya Tanusang itu akibat diterpa arus laut di wilayah itu yang cukup deras. Kini, letak Tanusang semakin dekat dengan daratan Geser, jaraknya hanya sekira satu kilometer. Dan panjangnya saat ini telah mencapai empat ratus meter dan lebar sekira lima puluh meter, melebihi ukuran sebelumnya.
Mendekatnya Tanusang itu daratan pulau Geser makin memperindah panorama alam sekitar. Tak heran, Tanusang itu pun menjadi sasaran warga sekitar saat hari menjelang malam untuk berfoto ria menjelang matahari terbenam. Tanusang ini juga kian ramai terutama pada hari libur. Warga dari berbagai pulau sekitar meraimakan Tanusang itu menggunakan kendaraan laut berupa longboat.
Kenyamanan berwisata di Tanusang itu juga semakin baik dengan ditanamnya beberapa jenis pohon di sana, diantaranya pohon cemara serta puluhan bibit pohon kelapa. Pohon-pohon tersebut ditanam oleh Jamaludin Amir, salah satu warga desa Geser sejak taun 2014 lalu.
Menurut pria kelahiran tangal 17 Agustus tahun 1951 ini, berbagai pohon tersebut ditanam atas inisiatifnya sendiri. Ia telah menanam sekira 70 bibit pohon kelapa di Tanusang itu.
Pria berusia lebih dari setengah abad ini menuturkan, berbagai pohn tersebut ditanamnya karena menurutnya Tanusang tersebut patut dirawat dan ditata sebagai salah satu aset. Tanusang ini akan menjadi salah satu pulau baru di sekitar wiayah itu yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata.
“Awal saya menanam pohon, ada orang bilang kalau saya tidak waras, karena mau menaman pohon di Tanusang, mana mungkin bisa tumbuh dan bertahan. Tapi saya yakin apa yang saya lakuan adalah hal positif. Buktinya, sekarang pohon-pohon itu sudah tumbuh besar. Kita harus menjag Tanusang ini,” ungkap Jamaludin Amir disela aktivitasnya menanam beberapa bibit kelapa.
Tak ingin kehilangan kesempatan, kami pun berebutan membantu pak Jamaludin menanam bibit pohon kelapa. Rupanya pak Jamaluidn telah menyiapkan lubang, kami hanya meletakkan bibit kelapa di dalam lubang dan menimbunnya dengan pasir bercampur batu karang” Ini ( bibit kelapa) bisa jadi tanda mata. Semoga tumbuh dan berbuah, kita ke sini lagi bisa panen karena kita yang tanam,” ucap saya, disambut tawa lepas rekan-rekan saya dan pak Jamaludin.
Muhammad Saputera Rumalolas, salah satu pemuda desa Geser ini turut menjadi salah aktor perawatan Tanusang itu.
Sejak tahun 2013 Muhammad Saputera Rumalolas yang akrab disapa Ongen ini bersama sejumlah temannya telah bergerak mengangkat sampah-sampah dari Tanusang itu. Mereka punya semangat yang sama dengan pak Amir, merawat Tanusang itu dengan baik. Selain membersihkan sampah pada setiap hari libur, Ongen Cs juga membantu pak Amir menaman bibit pohon kelapa.” Kita berharap ada perhatian pemerintah. Perlu ada fasilitas yang dibangun di sini. Tanusang ini bisa jadi sumber pendapatan kalau dikelola dengan baik,” ujar Ongen.
Sementara pemerinta Desa Geser sedang berupaya membangun jembatan penghubung antara daratan pulau Geser dengan Tanusang itu. Dengan demikian dapat mempermudah warga, terutama pecinta wisata untuk menikmati panorama eksotik di Tanusang itu dengan baik tanpa menggunakan Longboat. Bila fasilitas telah disediakan maka akan diberlakukan tarif masuk bagi wisatawan yang ingin menghabiskan waktu libur di gunung pasir itu (**)
