Insiden Maut MAPALA UII Yogyakarta, MENTARI Ambon : Ini Bahan Evaluasi Untuk Organisasi Pecinta Alam Maluku

AMBON, MALUKU- Insiden meninggalnya tiga peserta Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (MAPALA – UII) Yogyakarta beberapa hari lalu, memantik perhatian semua elemen masyarakat, bahkan mengganggu eksistensi pecinta alam di Indonesia.
Kelompok Pecinta Alam (KPA) MENTARI Ambon melalui Kabid Pendidikan dan Pelatihan Dasar (PPD) Alan Dherlan Ohorella kepada Intim News (26/1) mengatakan terlepas dari ada tidaknya indikasi kekerasan yang dialami para korban. Namun ia mengingatkan agar insiden itu menjadi pelajaran dan bahan evaluasi internal seluruh organisasi pecinta alam baik pada level Mahasiswa, Pelajar maupun Pemuda di Maluku.
“Insiden ini harus kita jadikan sebagai bahan evaluasi masing-masing internal organisasi, kendati dalam proses Diksar pecinta alam di Maluku belum pernah menelan korban jiwa,” ungkapnya.
Ia mengatakan tujuan Diksar secara umum ialah membentuk karakter peserta didik yang berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya senidiri. Olehnya itu tradisi ‘kontak fisik’ yang berujung fatal bukan lagi metode sehat untuk diterapkan di era ini.
“Membentuk karakter dan mental peserta didik tidak harus dengan cara-car aneh diambang batas kewajaran, sebab tujuan dari pendidikan ialah kemanusiaan. Memanusiakan kembali manusia, untuk itu gunakan cara sehat yang memberi gambaran bahwa kita adalah kelompok terdidik,” papar Ohorella.
Menurutnya organisasi pecinta alam ialah media edukasi membentuk karakter patriotis serta menumbuhkan rasa nasionalis yang berpaham cinta kasih dan anti akan kekerasan.
“Paham cinta kasih dan kekeluargaan itu harus menjadi prioritas dan doktrin dasar, namanya juga pecinta alam berarti harus mencintai sesama. Bagi saya wadah ini adalah sedikit dari banyaknya wadah pemersatu dan pencarian jati diri anak bangsa, jadi dalam setiap proses kita harus tunjujuka bahwa kita adalah generasi bangsa yang baik karakter dan kuat mental juga anti akan kekerasan,” paparnya.
Dirinya berharap organisasi pecinta alam kembali pada fitrahnya sesuai dengan apa yang termaktup dalam tiga Kode Etik Pecinta Alam Indonesi. (IN.10)
